Laman

23 Maret 2013

Ilmuwan Bangkitkan Kodok yang Telah Punah

Gastric brooding frogs come in two species: Rheobatrachus vitellinus and R. silus (pictured above and last seen in 1985). These frogs had a unique mode of reproduction: The female swallowed fertilized eggs, turned its stomach into a uterus andKodok asli yang pernah mendiami Queensland yang beriklim basah dan sedang, kodok yang melahirkan di dalam perut (Rheobatrachus silus) adalah jenis kodok yang berbeda dari kebanyakan kodok lainnya. 

Pertama, kodok ini melahirkan melalui mulut, menelan telurnya dan menyembunyikannya di dalam perut sampai telur itu siap menetas. Kedua, semua jenis kodok ini telah punah sejak 1979, kebanyakan disebabkan oleh penggundulan lahan dan polusi.

Kini, para ilmuwan mengerjakan sebuah program menghidupkan hewan yang disebut Lazarus Project, untuk kembali membangkitkan amfibi tersebut. Dalam sebuah penelitian terbaru yang dihadirkan di National Geographic Society, para peneliti berhasil merekonstruksi ulang embrio kodok yang melahirkan dari lambung tersebut dengan memadukan DNA-nya dengan telur dari hewan yang sejenis, yaitu Great Barred Frog (Mixophyes fasciolatus).

Teknologi ini tidak jauh berbeda seperti yang ada di film “Jurassic Park”. Menurut Sydney Herarld Morning, sebuah tim yang dipimpin para ahli dari University of NSW, Mike Archer, “memasukkan DNA yang diekstrak dari spesimen kodok yang melahirkan diperut tersebut ke dalam ratusan telur donor dari kerabat jauhnya, the great barred frog, yang DNA-nya telah diaktivasi dengan menggunakan sinar ultraviolet. Awalnya, telur-telur bersel satu ‘berdiam di sana’,” kata Archer kepada Sydney Morning Herald. “Namun kemudian dalam waktu singkat, salah satu selnya membelah diri, dan membelah lagi, dan lagi.”


Sayangnya, embrio yang baru ditemukan hanya bisa bertahan selama tiga hari. Meski demikian, para ilmuwan optimis mengenai peluang untuk membangkitkan kodok yang telah punah tersebut. “Keyakinan semakin kuat bahwa teknologilah yang menjadi rintangan, bukan masalah biologi dan karena itu kami yakin akan berhasil,” kata Archer.

Menggunakan teknologi kloning untuk kembali membangkitkan spesies yang telah lama mati masih menjadi perdebatan. Contohnya di 2009, para peneliti Spanyol yang mencoba membangkitkan Pyrenean ibex, kambing gunung yang punah pada awal abad ini. Kambing hasil kloning itu tewas beberapa menit kemudian karena kelainan jantung. Dan banyak kritik juga menegaskan bahwa mengkloning hewan yang terancam punah bukanlah strategi konservasi yang efektif, sejak percobaannya gagal untuk memberikan alasan mengapa hewan-hewan yang punah itu harus dihidupkan.

Meski menghidupkan dinosaurus melalui rekayasa genetis masih menjadi impian dengan usia DNA-nya yang masih relatif singkat, para ilmuwan dari seluruh dunia berusaha untuk mengembangkan teknologi kloning untuk membangkitkan spesies lainnya, termasuk moa (sejenis burung besar) raksasa Selandia baru, Dodo, dan mungkin Wolly si mamut.

sumber : id.berita.yahoo.com

0 komentar:

Posting Komentar